Mengenal Kecemasan yang Berfungsi Tinggi: Gejala, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi seseorang dengan high-functioning anxiety yang tetap produktif namun merasa tertekan secara emosional
Ilustrasi seseorang dengan high-functioning anxiety yang tetap produktif namun merasa tertekan secara emosional

FALIHMEDIA.COM – Kecemasan sering kali diasosiasikan dengan gejala yang tampak jelas seperti serangan panik, suasana hati yang tidak stabil, atau pikiran yang terus-menerus berputar. Namun, tidak semua bentuk kecemasan muncul secara eksplisit. Ada juga jenis kecemasan yang lebih tersembunyi, dikenal sebagai kecemasan yang berfungsi tinggi (high-functioning anxiety).

Meski bukan diagnosis klinis, istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang mengalami tekanan kecemasan cukup besar, namun tetap mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Artinya, orang-orang di sekitarnya jarang menyadari bahwa ada beban berat yang sedang ditanggung.

Menurut Dr. Alicia Clark, seorang psikolog klinis dan penulis buku Hack Your Anxiety, bentuk kecemasan ini seringkali menjadi alat perlindungan diri terhadap potensi kegagalan atau kekecewaan. Dengan terus mempersiapkan diri terhadap skenario terburuk, seseorang merasa lebih aman secara emosional. Namun di sisi lain, mereka pun mendorong diri hingga batas yang kadang tak disadari.

1. Sukses secara profesional, tapi kewalahan secara emosional
Menurut Dr. Simon Rego, Kepala Psikolog Montefiore Medical Center, orang dengan kecemasan fungsional cenderung sukses dalam pekerjaan karena disiplin dan perfeksionisme mereka. Namun pola ini tidak cocok diterapkan dalam hubungan pribadi yang jauh lebih kompleks dan tidak terukur. Akibatnya, banyak dari mereka merasa kewalahan saat berada di luar lingkungan kerja.

2. Terlihat ambisius, tapi sebenarnya digerakkan oleh ketakutan
Bekerja lembur, selalu aktif dan cepat merespons tugas mungkin tampak seperti ambisi. Namun sebenarnya, banyak dari perilaku tersebut didorong oleh rasa takut akan kegagalan, bukan semata-mata keinginan untuk sukses. Kecemasan menjadi motor yang memaksa untuk terus bergerak, kata psikolog Carly Claney dari Seattle.

3. Seolah ‘kuat’ di luar, namun kewalahan di dalam
Mereka yang memiliki kecemasan fungsional kerap menyusun daftar tugas, merancang jadwal padat, dan berusaha mengontrol segala hal. Namun lama-kelamaan, upaya ini justru melelahkan dan menyebabkan stres tambahan karena tidak semua hal berjalan sesuai rencana.

4. Gangguan rutinitas bisa memicu kecemasan berlebihan
Karena rutinitas memberi rasa aman dan kendali, gangguan dari luar seperti perubahan mendadak bisa memicu rasa tidak nyaman hingga marah. Sebenarnya, reaksi emosional itu adalah manifestasi dari ketakutan kehilangan kontrol.

5. Sulit beristirahat meski lelah
Meski paham bahwa istirahat penting, mereka sering merasa bersalah jika berhenti sejenak. Waktu senggang biasanya tetap diisi dengan tugas ringan atau aktivitas yang tetap produktif. Bahkan saat tubuh sudah lelah, pikiran tetap bekerja tanpa henti.

Bagaimana Mengatasinya?
Langkah awal adalah menyadari bahwa kondisi ini nyata dan valid. Mengurangi beban, menetapkan batasan, serta berbicara dengan profesional kesehatan mental bisa menjadi cara efektif untuk mengelola kecemasan fungsional sebelum berubah menjadi sesuatu yang lebih serius.

  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber falihmedia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *