Karya-karya Fethul Gulen, diantaranya adalah;
Asrin Getirdigi Tereddutler. (4 vol.; telah muncul sebagai buku buku pertanyaan dan jawaban tentang Islam).
Kalbin Zumrut Tepeleri. (diterjemahkan sebagai Key Concepts in the Practice of Sufisme [dalam edisi Indonesia terbitan Sri Gunting dengan judul Kunci-Kunci Rahasia Sufi).
Cag dan Nesil. (Era sekarang dan Genarasi Muda).
Sonsuz Nur. (2 vol. Nabi Muhammad: Aspek-aspek Kehidupanya (dalam edisi Indonesia diterbitkan oleh Republika dengan judul Cahaya Abadi Muhammad Saw. Kebanggaan Umat Manusia).
Olcu dan Yodaki Isiklar. (4 vol.; telah muncul sebagai Permata Kebijaksanaan).
Zamanin Altin Dilimi. (Bagian Emas dari Masa).
Renkler Kusaginda Hakikat Tomurcuklari. (2 vol.; telah muncul sebagai Kebenaran melalui Warna).
Kirik Mizrap. (Plektrum yang Retak).
Fatiha Uzerine Mulahazalar. (Perenungan atas surat Fatiha).
Inancin Golgesinde. (Esensi Iman Islam).
Cihad : I’layi Kelimetullah. (Berisi penjelasan ilmiah dan teoretis tentang jihad di zaman modern).
Irsad Ekseni. (Berisi penjelasan mengenai berbagai metode dan teknik yang dapat dilakukakan dalam pengerakan di zaman modern).
Kitab ve Sunnet Perspektifinde Kader. (Berisi penjelasan tentang takdir, diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Qadar).
Pemikiran Fethul Gulen Tentang Pendidikan Islam
M. Fethullah Gulen menyatakan bahwa kewajiban manusia adalah memahami (Seek Understanding), dengan jalan dan cara apapun. Gulen mendefinisikan pendidikan sebagai proses penyempurnaan dalam kehidupan yang karenanya kita dapat mencapai dimensi spiritual, intelektual dan kemanusiaan fisikal.
Baginya, pendidikan adalah tugas Ilahiyah yang hanya dengan itulah kita bisa merasakan esensi kemanusiaan. Pendidikan dalam perspektif Gulen adalah “Layanan Khusus” yang menjadi tugas kolektif berbasis komunitas.
Hal ini disebabkan pencampuran bahwa tujuan hidup terletak pada kebaikan (baca: berbuat baik) yang dilakukan secara bersama-sama. Pandangan Gulen tentang pendidikan dengan demikian tersimpul dan terkait erat dengan sisi keimanannya (terintegrasi sepenuhnya dengan keyakinannya).
Tujuan Pendidikan
Pada dasarnya setiap manusia memiliki tujuan yang ingin dicapainya, begitu pula dengan pendidikan juga mempunyai tujuan, hal ini tentunya saling berkaitan. Karena pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia.
Menurut Fethullah Gulen tujuan pendidikan adalah membentuk kegilaan yang berguna. Dalam dasar-dasar pendidikan serta menjelaskan peran itu harus dimainkan oleh Fethullah Gulen untuk membahas tujuan utama dari proses pendidikan.
Pertama-tama Gulen melihat individu manusia berada di pusat dari setiap masalah besar umat manusia serta solusinya. Solusi jangka panjang masalah sosial seperti kurangnya pendidikan dan kemiskinan.
Sayangnya, dinamika yang mendasari pendekatan Gulen adalah dalam bidang pendidikan, saling pengertian, menghargai, memberi kesempatan, dan harapan. Jadi, tujuan utama pendidikan terdiri dari pembangunan karakter.
Fethullah Gulen menekankan pentingnya pendidikan dan pengajaran dari sudut yang lain. Kita menjadi manusia hanya karena kita belajar, mendidik dan menginspirasi orang lain. Esensi kemanusiaan kita bukanlah akal, otak ataupun pikiran, tetapi penggunaan akal agar berguna dan bermanfaat bagi orang lain.
Pendidik
Pekerjaan mengajar dalam pandangan Gulen adalah pekerjaan yang paling mulia sekaligus sebagai tugas yang paling agung. Seperti yang dikemukakannya: “Aku akan menjadi hamba siapapun yang mengajariku satu huruf. Karena belajar ilmu adalah perintah Allah swt.
Ada pun pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan serta menyucikan hati, hingga hati itu menjadi sangat dekat kepada Allah swt. Oleh karena itu, pengajaran ilmu pengetahuan dapat dilihat dari dua sudut pandang, pertama ia mengajarkan ilmu pengetahuan sebagai bentuk ibadah kepada Allah, dan kedua menunaikan tertanam sebagai khalifah di muka bumi.
Di katakan khalifah Allah, karena Allah telah membukakan hati seorang, alim dengan ilmu, yang mana dengan itu pula seorang alim menampilkan identitasnya. Fethullah Gulen membangun agar seorang pendidik bertindak sebagai seorang ayah dari peserta didiknya. Kesucian hati seorang pendidik juga menjadi prioritas utama, karena seorang pendidik sebagai peserta didik ibarat bayangan kayu. Bayangan tidak mungkin lurus bila kayunya bengkok.
Fethullah Gulen mempunyai metode tersendiri dalam menyampaikan pelajaran kepada peserta didiknya. Perhatian Gulen tentang metode ini lebih difokuskan pada metode khusus bagi pelajaran agama untuk anak-anak. Cendekiawan besar ini menangatakan perlunya memilih metode yang tepat dan sejalan dengan sasaran pendidikan. Berdasarkan hadis Nabi saw, “Sampaikan ilmu sesuai dengan kadar kemampuan akal”, Gulen mencegah agar ilmu agama dan ilmu umum diberikan sesuai dengan tabiatnya, sesuai dengan kemampuan dan kesiapan peserta didik.
Adapun metode yang digunakan oleh Fethullah Gulen adalah metode keteladanan bagi mental anak, pelatihan budi pekerti dan penanaman sifat-sifat pada diri mereka. Maksudnya adalah memberikan contoh secara perbuatan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip pendidik yang baik.
Untuk melakukan hal tersebut Gulen memberikan asas-asas metode dalam mengajar dan mendidik yang sangat perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam mengajar, yaitu:
Pendidik sebaiknya menjelaskan sebuah topik pada tingkat pemahaman peserta didik. Maksudnya adalah seorang pendidik haruslah paham dan tahu mana peserta didik yang cerdas dan lemah pemahamannya dan yang mudah menangkap pelajaran serta kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran yang disampaikan juga mana pelajaran yang pas dan cocok untuk mengajar sesuai dengan kondisi dan daya pikir peserta didik tersebut.
Hal tersebut perlu diperhatikan agar pelajaran yang disampaikan tersebut dapat dipahami peserta didik tersebut, dicerna serta diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga membawa manfaat dalam dirinya.
Seorang pendidik harus berusaha untuk mengajar dengan cinta dan mengajarkan ilmu mereka dengan cara yang terbaik. Maksudnya adalah seorang pendidik dalam memberikan penjelasan ketika menyampaikan pelajaran haruslah dengan penjelasan yang jelas dan terperinci tanpa ada yang disembunyikan darinya.
Jangan berpindah ke materi lain sebelum benar-benar dipahami oleh peserta didik. Hal tersebut dilakukan adalah untuk menghindari ketidakpahaman peserta didik dalam memahami pelajaran yang dipelajarinya, dan menghindari mendangkalnya otak dan meningkatkan pikiranya serta mendorong pemahamannya.
Kesalahan seorang peserta didik tidak boleh diumbar dan diperbincangkan didepan teman mereka untuk mempermalukan mereka. Pembelajaran memerlukan sikap toleransi dan sikap memaafkan.
Hal tersebut dilakukan agar peserta didik tidak menyimpang dari guru. Karena jika peserta didik didik dengan pendidik maka ia tidak akan belajar dengan efektif.
Jika diperlukan pendidik sebaiknya mendengarkan peserta didik yang berbagai masalah, memberi dukungan, dan membantu mereka. Selalu memberikan pengertian dan nasihat-nasihat.
Nasehat perlu diberikan kepada siswa dengan tujuan agar mereka bisa berjalan sesuai dengan tutunan agama, dan menghindar dari kenakalan dan maksiat.
Peserta Didik
Menurut Fethullah Gulen peserta didik adalah manusia yang memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri. Fitrah atau potensi tersebut mencakup iradah, akal, hati, hati nurani, perasaan dan jiwa yang mana kala diberdayakan secara baik akan menghantarkan seseorang bertauhid kepada Allah dan kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Manusia itu terdiri atas substansi, yaitu Pertama, substansi jasad, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah Swt yang dalam pertumbuhan dan perkembangannya tunduk dan mengikuti aturan, hukum, ketentuan Allah Swt yang berlaku di alam semesta. Kedua, substansi nonjasadi, yaitu penghembusan peniupan ruh ke dalam diri manusia sehingga manusia merupakan benda organik yang mempunyai hakikat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensi dan fitrah.
Hal yang harus dilakukan oleh peserta didik, antara lain;
Mendahulukan kesucian jiwa daripada kejelekan akhlak.
Mengurangi hubungan keluarga dan menjauhi kampung halamannya sehingga hatinya hanya terikat pada ilmu.
Menjaga diri dari mendengarkan audio diantara manusia.
Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga ia dapat mengetahui hakikatnya.
Mencurahkan perhatian terhadap ilmu yang terpenting, yaitu ilmu akhirat.
Hendaklah tujuan murid itu adalah untuk mnghiasi batinnya dengan sesuatu yang akan dipersembahkannya kepada Allah SWT.
Peserta didik dalam menuntut ilmunya berkeinginan untuk mencari keridhaan Allah Swt, sebab dengan ilmu yang luas itulah dapat mengenal Allah Swt.
Kurikulum
Berusaha membentuk pelajar yang tidak hanya unggul dalam hal sains dan karakter, tetapi juga menonjol secara sosial, emosional dan dalam kinerja fisik semisal dibidang seni.
Sebuah kurikulum yang terus menerus direvisi dan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Membantu siswa mencapai tujuan realistis yang menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa dan budaya mereka, dan kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan sekitar untuk membantu mereka menjadi toleran, berpikiran terbuka dan menghormati budaya lain dalam konteks multikultural di kawasan dan lingkungan internasional.
Terintegrasi dengan teknologi. Semua sekolah yang terinspirasi Gulen pasti mendukung pengajaran sains dengan menyediakan fasilitas pengajaran komplit yang dilengkapi laboratorium. Karenanya tak heran bila dalam olimpiade “sains”, banyak siswa yang menyabet berbagai penghargaan internasional.
Kombinasi Kurikulum Nasional dan Internasional. Secara umum, kurikulum yang diterapkan di sekolah mengacu pada kurikulum nasional.