Biografi Ahmad Dahlan dan Pemikiran Tentang Pendidikan

Biografi Ahmad Dahlan, oleh Lailiyah, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Pamekasan
FALIHMEDIA.COM – Ahmad Dahlan, adalah tokoh pendiri organisasi Muhammadiyah, dilahirkan pada tahun 1868 sebagai anak salah seorang dari 12 khatib mesjid Agung Yogyakarta. Sumber lain menyebutkan bahwa Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan nama Muhammad Darwis, anak dari seorang KH. Abu Bakar bin K. Sulaiman, khatib dimesjid Sultan dikota itu. Ibunya adalah putri H. Ibrahim, seorang penghulu.
Sebagai anak orang alim, masa kecil Muhammad Darwis belajar agama dan bahasa Arab. Pada tahun 1888, ia disuruh orang tuanya menunaikan ibadah haji. Ia bermukim di Mekkah selama 5 tahun untuk menuntut ilmu agama Islam, seperti ; qiraat, tauhid, tafsir, fiqh, tasawuf, ilmu mantik dan ilmu falak. Sekembalinya kekampungnya, Kauman (Yogyakarta), pada tahun 1902, ia berganti nama menjadi Haji Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, ia berkesempatan kembali pergi ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama selama 3 tahun. Kali ini ia banyak belajar dengan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Di sisi lain, ia tertarik pada pemikiran Ibnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abdu dan Muhammad Rasyid Ridla.

Di antara kitab Tafsir yang menarik hatinya adalah Tafsir al-Manar . Dari kitab inilah, ia mendapatkan inspirasi dan motivasi untuk mengadakan perbaikan dan pembaruan ummat Islam di Indonesia.

Secara umum, ide-ide pembaharuan KH Ahmad Dahlan dapat diklasifikasi ke dua dimensi, yaitu:

Pertama, berupaya menyebarkan (Purifikasi) ajaran Islam dari Khurafat, tahayul dan bid’ah yang selama ini telah bercampur dalam akidah dan ibadah ummat Islam.
Kedua, mengajak umat Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima rasionya.

Dalam konteks ini, ia pun mulai membahas akidah dan amal ibadah masyarakat Islam Kauman (Yogyakarta). Usaha yang ia lakukan antara lain, membangun Mesjid dengan kiblat yang benar. Menurut pendapatnya, sesuai dengan ilmu yang ia miliki, banyak tempat ibadah yang tidak benar arah kiblatnya, termasuk mesjid Agung Yogyakarta.

Dalam melaksanakan niatnya ini, ia harus meminta izin kepada kepala Penghulu keraton Yogyakarta yang waktu itu dijabat oleh KH. Muhammad Chalil Kamaluddiningrat. Tetapi, izin itu diperoleh, sehingga ia dan santrinya meluruskan shaf mesjid tersebut dengan memberi tanda garis putih. Tindakan ini menurut kepala penghulu merupakan suatu kesalahan, sehingga ia berhenti dari jabatannya sebagai khatib mesjid tersebut.

Ahmad Dahlan merupakan seorang yang memiliki sifat pragmatis yang sering menekankan semboyan kepada peserta didiknya, sedikit bicara, banyak bekerja. Ia banyak membaca buku-buku dan majalah agama dan umum, banyak bergal dengan berbagai kalangan, selama perjalanannya, terutama dengan orang-orang Arab, sehingga ide-idenya bertambah dan berkembang terus menerus.

Selain itu, ia juga menolak taklid dan mulai sekitar tahun 1910 sikap penolakan terhadapnya semakain jelas. Akan tetapi ia tidak menyampaikan ide-idenya secara tertulis. Ide-idenya disalurkan melalui karya hidup yang terbesar, yaitu; PersatuanMuhammadiyah.

Pemikiran Ahmad Dahlan Tentang Pendidikan

Menurut Ahmad Dahlan, upaya strategi untuk menyelamatkan umat Islam dari berpola pikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya Ditempatkan pada skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka hendaknya dididik agar cerdas kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam dalam peta dinamika kehidupanya di masa depan,adapun kunci untuk bagi kemajuan kemajuan umat Islam adalah dengan kembali al-Qur’an dan al-Hadist, mengarahkan umat pada pemahaman Islam secara komprehensif, dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat dilakukan melalui pendidikan.

Pemikiran Ahmad Dalan yang demikian merupakan respon pragmatis terhadap kondisi ekonomi umat Islam yang tidak menguntungkan di Indonesia, karna berada di bawah kolonialisme belanda umat Islam tertinggal secara ekonomi karena tidak memiliki akses sektor-sektor pemerintahan atau perusahaan swasta.situasi ini menjadi perhatian Ahmad Dahlan yang berusaha memoerbaharui pendidikan Islam.

Tujuan Pendidikan

Menurut Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama. Luas pandangan dan pemahaman masalah ilmu dunia, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.

Dengan adanya tujuan tersebut maka Ahmad Dahlan mengkonsepnya sebagai berikut;
Menegakkan dakwah Islam, Memajukan pendidikan dan pengajaran, Menghidupkan masyarakat tolong menolong, Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf, Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda agar menjadi orang Islam berlaku dalam masyarakat dan Berusaha kearah peningkatan penghidupan dan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.

Materi Pendidikan

Secara Praktis, pandangan Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada kegiatan, dan dilaksanakan Muhammadiyah. Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan sistem gubernemen, untuk pengajian kitab, Muhammadiyah juga segera mencari penggantinya sesuai dengan tuntutan zaman modern, usaha tersebut dapat dianggap sebagai realisasi dari rencana sarekat islam yang semenjak tahun 1912 berusaha mendirikan sekolah gubernemen.

Menurut Ahmad Dahlan materi pendidikan. Meiputi pengajaran ;

Al-Qur’an, Al-Hadist, Membaca, Menghitung dan Ilmu bumi dan menggambar.

Materi al-Qur’an dan al-Hadist. Meliputi ibadah persamaan derajat, fungsi perbuatan manusia dalam menentukan nasibnya. Musyawarah,pembuktian kebenaran al-Qur’an dan al-Hadist menurut akal, kerja sama antara agama kebudayaan kemajuan peradaban, hukum kausalitas perubahan, nafsu dan kehendak,demokratitasi dan liberalisasi, kemerdekaan berfikir,dinamika kehidupandan peranan manusia di dalamnya dan akhlaq (budi pekerti ). Profesi modern, sehingga pendidikan yang dilaksanakan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik menghadapi dinamika zamanya.Untuk itu, pendidikan Islam perlu membuka diri, inovatif, dan progresif.

Metode Pembelajaran

Ada dua sistem pendidikan yang berkembang di Indonesia yaitu: pendidikan pesantren dan pendidikan barat. Pandangan ahmad dahlan mengenai hal tersebut ada permasalahan yang sangat mendasar berkaitan dengan lembaga pendidikan di kalangan umat Islam, khususnya pendidikan pesantren. Menurut Syamsul Nizar, dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menjelaskan bahwa permasalahan tersebut berkaitan dengan proses belajar-mengajar, kurikulum, dan materi pendidikan.

Pertama, dalam proses belajar-mengajar, sistem yang dipakai masih menggunakan sorogan (khalaqah), ustadz atau kiai dianggap sebagai sumber kebenaran yang tidak boleh dikritisi. Kondisi ini membuat pengajaran terkesan tidak demokratis.

Fasilitas-fasilitas modern yang sebenarnya baik untuk digunakan dilarang untuk dipakai karena menyamai orang kafir.

Kedua, Materi dan kurikulum yang disajikan masih berkisar pada kajian Islam klasik. Misalnya, fiqih, tauhid, tasawuf dan ilmu-ilmu itu wajib syar’i untuk dipelajari.

Sementara ilmu modern tidak diajarkan karena ilmu itu termasuk ilmu barat haram hukumnya untuk dipelajarinya. Padahal jika diteliti ilmu yang berkembang dibarat itu merupakan pengembangan lebih lanjut dari ilmu yang sudah dikembangkan oleh umat Islam pada zaman keemasan Islam.

Ketiga, pendidikan modern hanya mengajarkan ilmu-ilmu yang diajarkan oleh dunia barat. Metode pengajaran sudah menggunakan metode modern.

Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda ini tidak mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Kebanyakan siswa yang bisa masuk ke pendidikan ala barat ini adalah orang-orang priyayi atau pegawai pemerintah belanda.

Pembaharuan dalam Pendidikan Muhammadiyah Masa Awal dan Sekarang

Pembaharuan pendidikan yang dilakukan Dahlan tidak terlepas dari apa yang ia lihat dalam ummat Islam waktu itu. Ada dua hal yang ia lihat dalam ummat Islam, yaitu;

Pertama, banyaknya khurafat dalam bidang ibadah.

Kedua, gejala ini sebenarnya ia kenali dan dijadikan perhatian umat dalam dakwah yang dilakukannya. Kemudian ia melihat dakwah itu juga dapat dilakukan disekolah-sekolah.

Sedangkan yang sekarang konteks yang di hadapi tidak lagi sama dengan yang di alami Dahlan. Muhammadiyah sudah di hadapkan pada tuntutan global, tuntutan budaya global itu berciri antara lain perlunya pemikiran dan sikap menghadapui budaya global, perlunya penguasaan bahasa global, perlunya penanaman daya saing, dan perlunya kemampuan dalam sekurang-kurangnya satu bidang pekerjaan yang kompetitif , filsafat pendidikan Muhammadiyah, walaupun sudah agak terlambat, harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ini.

Bila dikaitkan dengan pemikiran yang sekarang, agaknya pemikiran Ahmad Dahlan tatkala mendirikan sekolah Muhammadiyah, tidaklah sangat canggih. Sentral pemikiran Dahlan ialah pendidikan agama dalam arti keimanan dan amal shaleh terutama peribadatan yang khas.dalam hal ke imanan.

Dahlan banyak melihat khurafat, dalam peribadatan Ia melihat banyak pemikiran bid’ah Dahlan tentang pendidikan nampaknya muncul sebagai tugas bawaan Dakwah yang telah lama di embannya.

Saat ini tuntutan ummat Islam telah berkembang. Oleh karena itu pemikiran muhammadiyah benar-benar harus di kembangkan. Pemikiran pendidikan yang diwariskan Dahlan tidak lagi mampu. Ini dimulai dengan mengembangkan filsafat pendidikan Muhammadiyah.

Usaha dan jasa-jasa Ahmad Dahlan yang sangat mulia adalah sebagai berikut ;

Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut mestinya. Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di Yogyakarta menghadap ke timur dan orang-orang Shalat menghadap ke arah barat lurus.

Padahal Kiblat, yang sebenarnya mennuju Ka’bah dari tanah jawa harus miring ke arah utara 24 derajat dari sebelah barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falak itu. Orang tidak boleh menghadap Kiblat barat lurus, melainkan harus miring ke arah utara 24 derajat.

Oleh karena itu, KH. Ahmad Dahlan mengubah bangunan pesantrennya sendiri supaya menuju ke arah kiblat yang betul. Perubahan itu mendapat tantangan keras dari pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.

Mengajarkan dan menyebarkan agama Islam dengan populer, tidak hanya di pesantren, melainkan pergi ke tempat-tempat lain dan menyerang berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan adalah bapak Muballigh Islam di Jawa Tengah.

Anggota bidah-bidah dan khufarat serta adat istiadat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam

Mendirikan kumoulan muhammadiyah pada tahun 1912 M yang tersebar di seluruh indonesia sampai sekarang.pada permulaan berdirinya muhammadiyah mendapat halangan dan rintangan yang sangat berat.

Apalagi KH. Ahmad Dahlan di katakan telah keluar dari Madzhab, meninggalkam Ahlus Sunnah Wal-Jamaah. Bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilontarkan kedirinya diterimanya dengan sabar dan tawakal sehingga Muhammadiyah menjadi satu perkumpulan yang terbesar di Indonesia serta berjasa pada rakyat dengan membangun Sekolah-sekolah, sejak Taman Kanak-kanak sampai sekolah tinggi.

Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua ialah ;

Kweekschool Muhammadiyah Yogya, Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta, Muallimat Muhammadiyah, Yogyakarta, Zuama atau Zaimat, Yogyakarta, Tabligschool, Yogyakarta, Kulliyah Muballighin atau Muballighat, Padang Panjang (Sumatera Tengah), HIK Muhammadiyah Yogya.

  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber falihmedia.com

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon