FALIHMEDIA.COM – Google dan Apple selama ini mendominasi platform peta digital. Tak mau kalah saing, perusahaan teknologi raksasa lainnya bersatu untuk menawarkan opsi lain.
Grup yang dibentuk oleh Meta, Microsoft, Amazon Web Services, bersama dengan TomTom, mengumpulkan data yang memungkinkan perusahaan membuat peta digital sendiri, tanpa harus bergantung pada Google atau Apple.
Overture Maps Foundation yang didirikan akhir tahun lalu, menangkap 59 juta “tempat menarik”, seperti restoran, landmark, jalan, dan perbatasan regional. Data tersebut telah diolah dan diformat sehingga dapat digunakan secara gratis sebagai fondasi untuk mengembangkan aplikasi peta baru.
Meta dan Microsoft mengumpulkan dan menyumbangkan data ke Overture. Menurut Marc Prioleau, direktur eksekutif OMF, data tempat seringkali sulit untuk dikumpulkan dan dilisensikan. Selain itu, membangun data peta membutuhkan banyak waktu dan SDM.
Sehingga, daripada menghabiskan banyak uang, Meta-Microsoft-Amazon memutuskan untuk berkolaborasi membuat peta digital yang sifatnya terbuka (open source).
Sebagaimana dilansir Falihmedia.com, Jumat (28/7/2023) dari laman CNBC Internasional, Overture bertugas menetapkan garis dasar untuk pengolahan data peta, sehingga pembuat aplikasi dapat menggunakannya untuk mengembangkan dan mengoperasikan peta mereka sendiri.
Menurut Meta Cs, peta yang dimiliki Google dan Apple tidak memberikan akses ke data terbuka. PGoogle dan Apple ingin pembuat aplikasi membayar untuk menggunakan data peta mereka.
Misalnya, pembuat aplikasi membayar nominal tertentu per seribu pencarian Google Maps melalui antarmuka pemrograman aplikasi (API).
Sebagai informasi, peta digital penting untuk hampir semua aplikasi seluler. Teknologi yang muncul seperti augmented reality dan mobil self-driving juga memerlukan software pemetaan berkualitas tinggi agar berfungsi dengan baik.
Overture sejatinya bukan organisasi pertama yang berusaha membuat data peta secara bebas dan murah. OpenStreetMap yang didirikan pada tahun 2004 lalu sudah membuat peta menggunakan data crowdsourced. Meta sendiri menggunakan data peta dari situ.
Prioleau, yang bekerja di Meta hingga awal tahun ini, mengatakan bahwa Overture berusaha membedakan datanya dari OpenStreetMap dengan lebih teliti dan terkurasi.
Salah satu tantangan besar adalah memperbarui data peta, karena ada banyak bisnis yang tutup dan jalan berubah.
Overture berharap anggotanya dapat memberikan informasi real-time yang cukup untuk memungkinkan pembaruan reguler, sehingga data tetap akurat. Prioleau akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan teknik otomatis lainnya untuk membantu pengolahan data.