FALIHMEDIA.COM | SUMENEP – Perjalanan laut Peter John Watt (63) dan Catherine Winifred Delves (61) asal Australia berubah menjadi pengalaman tak terlupakan. Awalnya, mereka hanya berniat bersauh di Pulau Giliyang dalam perjalanan dari Darwin ke Kalimantan. Namun, kapal mereka mengalami kerusakan akibat angin kencang, membuat mereka terdampar di pulau yang terkenal dengan kadar oksigen tinggi tersebut.
Beruntung, warga setempat dengan sigap memberikan bantuan. Setelah dievakuasi ke Rumah Dinas Bupati Sumenep pada Senin (3/2/2025), pasangan ini awalnya berencana segera memperbaiki kapal dan melanjutkan perjalanan. Namun, pesona budaya dan keramahan warga Sumenep membuat mereka menunda keberangkatan.
“Kami seharusnya pergi Kamis, tapi tempat ini begitu indah. Kami bersenang-senang dan merasa diterima. Akhirnya, kami putuskan tinggal tiga hari lagi,” ujar Catherine dengan antusias, Rabu (5/2/2025).
Selama di Sumenep, Peter dan Catherine mengunjungi Desa Aeng Tong-tong, pusat pembuatan keris tradisional. Mereka terkesan dengan keterampilan para empu yang diwariskan sejak usia dini. Selain itu, mereka juga melihat proses pembuatan batik khas Sumenep di Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto, serta membeli kain batik dan topi khas sebagai kenang-kenangan.
“Budaya di sini sangat menarik. Kami merasa beruntung bisa menyaksikan langsung tradisi yang masih terjaga,” kata Peter.
Tidak hanya kekayaan budaya, keramahan masyarakat Sumenep juga meninggalkan kesan mendalam bagi mereka.
“Orang-orang selalu menyapa, melambaikan tangan, dan bahkan mengajak berfoto bersama. Itu sangat menyenangkan,” tambah Catherine.
Dengan penuh rasa syukur, Peter dan Catherine mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep dan masyarakat yang telah memberikan pengalaman luar biasa.
“Ini lebih dari sekadar persinggahan. Kami merasa seperti di rumah sendiri,” ungkap Catherine.
Insiden tak terduga di Giliyang justru membuka mata mereka tentang keindahan Sumenep, menjadikannya salah satu destinasi yang wajib dikunjungi wisatawan mancanegara.