FALIHMEDIA.COM – Kecoak dikenal sebagai serangga yang dihindari banyak orang karena dianggap kotor dan menjijikkan. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa kecoak bisa menjadi sumber makanan alternatif dengan kandungan gizi luar biasa.
Berbeda dengan susu sapi atau kambing yang diperah, susu kecoak bukanlah cairan yang dapat diperoleh langsung. Ini adalah zat kristal berwarna kekuningan yang ditemukan di dalam perut kecoak, khususnya jenis Pacific Beetle Cockroach. Zat ini mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial, serta gula alami yang berperan dalam pertumbuhan dan regenerasi sel tubuh.
Sebagaimana dikutip Falihmedia.com, Rabu (26/2/2025) dari Journal of the International Union of Crystallography, kandungan kalori dalam susu kecoak tiga kali lebih tinggi dibandingkan susu kerbau, yang sebelumnya dikenal sebagai susu paling kaya energi di dunia. Bahkan, kadar proteinnya empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan susu sapi biasa.
Minat terhadap susu kecoak semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tantangan terbesar dalam pemanfaatannya adalah produksi. Tidak seperti sapi atau kambing, kecoak tidak bisa diperah secara konvensional, dan jumlah susu yang dihasilkan sangat terbatas. Oleh karena itu, para ilmuwan tengah mengeksplorasi kemungkinan rekayasa genetika untuk memproduksi zat ini dalam kultur ragi, sehingga memungkinkan produksi dalam skala besar.
Meski begitu, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang memastikan susu kecoak aman untuk konsumsi manusia. Menurut National Institutes of Health, struktur protein unik dalam susu kecoak memungkinkan pelepasan nutrisi secara stabil, menjadikannya sumber makanan super yang potensial. Namun, kelayakan komersialnya masih menjadi tanda tanya.
“Saya tidak melihat adanya kemungkinan susu kecoak akan dikonsumsi dalam waktu dekat. Biaya produksi dalam skala besar masih menjadi tantangan utama,” ungkap Barbara Stay, PhD, profesor Emerita dari University of Iowa, dalam wawancaranya dengan Health.
Meski terdengar tidak biasa, susu kecoak tetap menarik perhatian para ilmuwan. Apakah ini akan menjadi sumber makanan alternatif di masa depan? Jawabannya masih perlu diteliti lebih lanjut.