FALIHMEDIA.COM | GILIGENTING – Perkembangan teknologi penangkap ikan yang semakin pesat, memudahkan para nelayan untuk mendapatkan ikan. Mulai dari pancing, alat pendeteksi hingga jaring, namun, tidak bagi Pak Ahmadun (60) warga Dusun Gunung, Desa Bringsang, Kabupaten Sumenep, ia masih menjaga budaya dengan menggunakan alat tradisional bubu.
Dengan bermodalkan pohon bambu yang kemudian dianyam, menurut Pak Ahmadun hal tersebut untuk menjaga tradisi dan budaya sejak nenek moyang dulu.
“Ini merupakan salah satu cara untuk menjaga budaya kita yang telah di ajarkan nenek moyang kita dulu,” kata Pak Ahmadun kepada Falihmedia.com. Selasa (31/1/2023).
Selain ramah, jelas Pak Ahmadun tentunya juga murah meriah ketimbang menggunakan alat seperti pancing ataupun jaring.
“Apalagi memiliki bambu sendiri, jadi tidak ada modal sama sekali, tinggal menganyam,” jelasnya.
Untuk satu anyaman bubu berukuran sedang, lanjut Pak Ahmadun membutuhkan waktu sekitar 1 sampai 2 hari.
“Karna yang dikerjakan tidak hanya menganyam, jadi prosesnya bisa berhari-hari, tapi jika di fokuskan hanya untuk menganyam paling cuma 1 hari selesai,” ucapnya.
Dan untuk bentuknya sendiri, ujar Pak Ahmadun sangat vareatif dari modelnya hingga warnanya.
“Biasanya dulu ketika nenek moyang membuat anyaman bubu banyak modelnya, dari yang berlubang di tengah, samping, bentuk kotak, kerucuk bahkan juga diberi warna,” ujarnya.
Sementara untuk pemasangannya, menurut Pak Ahmadun sangat mudah hanya menunggu air laut surut dan di ikatkan pada batu.
“Kalau sudah air laut surut, bubu ini bisa diikatkan pada batu atau ditindih untuk ditenggelamkan, sehingga ketika ikan masuk pada bubu tidak akan bisa keluar. Untuk banyaknya pendapatan ikan tergantung ukuran bubu itu sendiri dan bubu seperti ini bisa di pakai 10 sampai 20 kali tergantung kondisi bubunya,” tuturnya.
Pak Ahmadun berharap dengan apa yang dilakukannya bisa dijadikan contoh dan inspirasi bagi masyarakat khususnya yang memiliki profesi dilaut agar budaya tetap terjaga.
“Semoga dengan pembuatan bubu ini, masyarakat juga bisa melakukannya sehingga budaya dari nenek moyang kita dulu tetap dilestarikan dan tetap terjaga,” pungkasnya.