Seperti setiap tahun, Dimas dan keluarganya berkumpul untuk upacara peringatan Hari Kemerdekaan di rumah neneknya. Rumah itu berada di sebuah desa kecil, jauh dari hiruk-pikuk kota, tempat di mana sejarah seolah berdiam dan bercerita dalam hening.
Di halaman rumah nenek, ada tiga bendera yang sudah bertahun-tahun berkibar di tiang bambu, tiga bendera yang diwariskan turun-temurun.
Dimas kecil pernah bertanya pada neneknya, “Kenapa ada tiga bendera, Nek?” Dengan senyuman lembut, sang nenek menjelaskan, “Mereka adalah saksi dari tiga generasi pejuang dalam keluarga kita. Masing-masing bendera itu menyimpan cerita, kisah pengorbanan, harapan, dan perjuangan yang tidak mudah”.
Bendera pertama berwarna kusam dengan bekas sobekan di tepinya. Itu adalah bendera milik kakek buyut Dimas yang pernah ikut berjuang melawan penjajah. Saat itu, kemerdekaan adalah mimpi yang diiringi perlawanan sengit dan pengorbanan nyawa.
Kakek buyut Dimas berjuang dalam senyap di malam hari, mengibarkan bendera itu sebagai simbol perlawanan ketika bendera penjajah berkibar di siang hari. Baginya, setiap tarikan nafas adalah pertaruhan demi sebuah kemerdekaan yang hakiki.
Bendera kedua, lebih utuh dan terawat, adalah milik kakek Dimas. Setelah kemerdekaan diproklamasikan, perjuangan belum selesai. Kakek Dimas adalah seorang guru yang mengajarkan anak-anak di desanya tentang arti kemerdekaan sejati.
Baginya, merdeka bukan hanya bebas dari penjajah, tetapi juga dari ketidaktahuan. Ia mengibarkan bendera ini dengan penuh bangga di sekolahnya, mengajarkan para murid untuk bermimpi besar, karena mimpi adalah cara lain untuk menjaga kemerdekaan.
Bendera ketiga adalah bendera yang baru dan bersih. Itu milik ayah Dimas, yang bekerja di sebuah perusahaan besar di kota. Meski bukan pejuang bersenjata atau pendidik, ia berusaha meneruskan semangat perjuangan melalui usahanya membangun ekonomi keluarga.
Ayahnya percaya bahwa merdeka berarti mampu berdiri di atas kaki sendiri, tanpa harus bergantung pada orang lain. Setiap kali pulang ke desa, ayahnya mengibarkan bendera ini dengan penuh hormat, sebagai simbol kebanggaan atas pencapaian yang ia raih untuk masa depan keluarganya.
Melihat tiga bendera tersebut, Dimas merenung. Sebagai generasi ketiga, ia merasa memiliki tanggung jawab besar. Ia sadar bahwa perjuangan kemerdekaan tidak lagi tentang angkat senjata atau pendidikan saja, tapi juga soal menjaga jati diri dan nilai-nilai bangsa di era global. Bagi Dimas, generasi ketiga bendera adalah generasi yang harus mampu memadukan masa lalu dan masa depan, mempertahankan identitas tanpa kehilangan inovasi.
Di akhir upacara sederhana itu, Dimas berdiri tegak, memandang ketiga bendera yang berkibar di halaman rumah neneknya. Ia tersenyum, karena kini ia tahu, perjuangannya adalah melanjutkan semangat tiga generasi itu dalam bentuk yang baru, mengisi kemerdekaan dengan kerja keras, kebanggaan, dan tanggung jawab.
*) Oleh : Zaidatun