Teknologi AI Dorong Investasi Tenaga Nuklir oleh Google, Amazon, dan Microsoft

FALIHMEDIA.COM – Puluhan tahun setelah kekhawatiran keselamatan membayangi pengembangan tenaga nuklir, tren baru menunjukkan kebangkitan kembali teknologi ini. Perusahaan teknologi global seperti Google, Amazon, Microsoft, dan Meta mulai menjajaki tenaga nuklir sebagai solusi energi untuk kebutuhan besar pusat data dan pengembangan kecerdasan buatan (AI).

Michael Terrell, Direktur Senior Energi dan Iklim di Google, mengatakan, “Tenaga nuklir adalah solusi energi bebas karbon yang stabil, mampu beroperasi sepanjang waktu, dan memberikan dampak ekonomi besar.”

Nuklir untuk Pusat Data dan AI

Google telah menjalin kerja sama dengan perusahaan energi terbarukan Intersect Power serta TPG Rise Climate. Investasi senilai USD 20 miliar ini bertujuan untuk mendukung operasi pusat data dengan kapasitas berskala gigawatt. Proyek pertama akan beroperasi pada 2026 dan selesai sepenuhnya pada 2027.

Namun, kecepatan ini menambah tekanan bagi pengembang tenaga nuklir. Contohnya, Microsoft berencana menghidupkan kembali reaktor di Three Mile Island pada 2028, sementara proyek Google dengan Kairos untuk reaktor modular kecil (SMR) menargetkan 2030.

Microsoft dan Proyek Three Mile Island

Three Mile Island dikenal sebagai lokasi kecelakaan nuklir terburuk di AS pada 1979. Kini, Microsoft bekerja sama dengan Constellation Energy untuk menghidupkan kembali reaktor yang mampu memasok listrik bagi 800.000 rumah tangga.

Amazon dan Meta Ikut Ambil Bagian

Amazon berencana meningkatkan aliran listrik dari pembangkit nuklir Susquehanna ke pusat datanya di Pennsylvania. Sementara itu, Meta berencana membangun pusat data berbasis nuklir untuk AI, meski sempat terganggu oleh temuan spesies lebah langka di lokasi yang direncanakan.

Meningkatnya Kebutuhan Energi Global

Dengan meningkatnya konsumsi energi global, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan permintaan listrik akan 6% lebih tinggi pada 2035 dibandingkan prediksi sebelumnya. Pusat data berbasis AI diproyeksikan membutuhkan daya yang signifikan, setara dengan konsumsi listrik negara-negara besar.

Sebagai contoh, pencarian AI seperti ChatGPT membutuhkan energi hingga 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan pencarian Google tradisional. Dengan tren ini, konsumsi daya pusat data AS diperkirakan tumbuh 10% setiap tahun hingga 2030.

Langkah Perusahaan untuk Masa Depan Energi

Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan teknologi tidak hanya mengandalkan nuklir, tetapi juga melibatkan tenaga angin, surya, dan baterai penyimpanan. Google dan Intersect Power, misalnya, menggabungkan solusi energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik pusat data mereka.

Pergeseran ini menandai era baru dalam pengembangan energi dan AI, di mana keberlanjutan dan efisiensi menjadi prioritas utama. Keberhasilan proyek-proyek ini dapat menjadi langkah besar dalam mendukung transformasi energi global menuju masa depan yang bebas karbon.

  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber falihmedia.com

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *