FALIHMEDIA.COM | SUMENEP – Sekolah Dasar (SD) Negeri Pangarangan 3 Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, memperingati Dies Natalis ke-93 dengan menyelenggarakan acara bertajuk “Rokat Pakarangan” (rokat bumi). Perayaan ini semakin meriah dengan penampilan kolaboratif topeng dalang oleh para siswa.
Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Bupati Sumenep, Hj. Dewi Khalifah, SH, MH, beserta Sekretaris Camat Kota, Parman, S.Sos, perwakilan dari Dinas Pendidikan, Buhari, M.Pd, Komite Sekolah, Rahman, Kepala Sekolah, Zainal, S.Pd, serta para guru dan wali murid. Suasana Dies Natalis diwarnai dengan antusiasme tinggi, terutama ketika nasi tumpeng yang dikelilingi lilin menjadi bagian dari upacara tradisional tersebut.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sumenep, Hj. Dewi Khalifah, menyampaikan rasa terima kasih dan dukungannya terhadap kegiatan Dies Natalis yang mengusung nuansa tradisional. Beliau juga menekankan pentingnya melestarikan kesenian topeng dalang sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dikenal oleh generasi mendatang.
“Kita bisa memetik banyak pelajaran dari cerita dalam penampilan topeng dalang tadi. Jika tidak ada yang menampilkan, anak-anak tidak akan mengenal dan malah akan lebih tertarik pada budaya asing,” ujar Nyai Efa, panggilan akrabnya.
Ia juga mengakui bahwa saat ini banyak anak-anak yang tidak lagi mengenal tokoh-tokoh dalam pewayangan, apalagi dengan bahasa Madura yang kian jarang digunakan dan dipahami oleh generasi muda. Nyai Efa menambahkan bahwa banyak anak sekarang sudah tidak bisa membedakan tingkatan bahasa dalam Madura, yang sebenarnya memiliki makna sopan santun dan adab.
Oleh karena itu, ia berharap bahasa Madura terus dilestarikan, khususnya dengan memperkenalkannya sejak usia dini kepada generasi muda.
“Semoga apa yang telah dilakukan oleh SDN Pangarangan 3 ini bisa menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain dalam melestarikan budaya dan bahasa Madura yang baik dan benar,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala SDN Pangarangan 3, Zainal, S.Pd, mengungkapkan bahwa sekolahnya selalu merayakan Dies Natalis dengan nuansa yang berbeda setiap tahunnya, dengan menampilkan berbagai talenta siswa-siswi. Tahun ini, tema “Rokat Pakarangan” (Rokat Bumi) dipilih untuk memperingati sejarah panjang sekolah.
“Kegiatan ini tidak hanya memperingati perjalanan panjang sekolah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai tradisi lokal kepada para siswa sebagai bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5),” jelasnya.
Zainal juga menambahkan bahwa SDN Pangarangan 3 didirikan pada 31 Agustus 1931 oleh Raden Muhammad Saleh Werdisastro, yang pada masa penjajahan Belanda dikenal dengan nama Sumekar Pangabru, sebagai sekolah swasta pertama untuk rakyat jelata. Saat ini, keturunannya masih ada di Kabupaten Sumenep, seperti Drs. Moh. Saleh, mantan Sekretaris Daerah setempat.
“Rokat Pakarangan sendiri adalah upacara syukur dan doa yang memiliki makna mendalam sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diterima, serta harapan agar generasi penerus dari SDN Pangarangan 3 dapat menjadi individu yang sukses dan bermanfaat bagi bangsa, negara, dan agama,” tuturnya.