FALIHMEDIA.COM | SUMENEP – Pulau Giligenting, yang terletak di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tak hanya dikenal dengan pesona alamnya, tetapi juga dengan perjuangan hidup warganya. Di Dusun Julung Lao’, Desa Galis, pekerjaan sebagai pemecah batu menjadi profesi utama sebagian besar masyarakat.
Setiap hari, sejak pagi hingga senja, keluarga-keluarga di desa tersebut bekerja keras memecah batu besar menjadi material bangunan dengan alat sederhana seperti palu. Pegi, salah satu warga berusia 29 tahun, mengaku pekerjaan ini menjadi tumpuan hidup keluarganya.
“Walaupun berat, saya bersyukur bisa tetap bekerja untuk menghidupi keluarga,” ujarnya kepada Falihmedia.com, Selasa (28/1/2025).
Namun, pekerjaan ini tidak tanpa risiko. Cedera tangan akibat terkena palu sering dialami oleh Pegi dan rekan-rekannya. Meski demikian, ia tetap tegar menghadapi tantangan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Selain memecah batu, Pegi juga bekerja sebagai kuli bangunan yang bersifat musiman.
“Pemecah batu tetap menjadi sumber penghasilan utama kami,” tambahnya.
Distribusi hasil batu dilakukan dengan menggunakan pick-up atau sepeda motor. Harga satu pick-up batu mencapai Rp450.000, atau Rp500.000 jika diantar langsung. Permintaan biasanya datang saat ada warga yang membangun rumah atau membutuhkan material pengecoran.
Saat air laut surut, Pegi juga memanfaatkan waktu untuk mencari ikan yang dijual sebagai tambahan penghasilan. Namun, pekerjaan memecah batu tetap dilakukan untuk menjaga ketersediaan stok.
Kisah para pemecah batu di Giligenting ini menggambarkan betapa kerasnya kehidupan di daerah terpencil. Dengan semangat dan ketekunan mereka, ada harapan kehidupan lebih baik dengan dukungan pemerintah atau pihak swasta. Selain itu, potensi pariwisata dan hasil alam Pulau Giligenting dapat menjadi peluang besar bagi kesejahteraan masyarakat setempat.