FALIHMEDIA.COM | SUMENEP – Memperingati Hari Kartini, masyarakat Sumenep, khususnya kaum perempuan, patut merasa bangga. Sebab, jauh sebelum nama Kartini menggema sebagai pelopor emansipasi, perempuan Madura Timur telah mencatatkan peran penting dalam sejarah.
Ketua Komunitas Sumenep Tempo Dulu, Faiq Nur Fikri, menyebut bahwa pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18, sosok perempuan di lingkungan keraton Sumenep tidak sekadar menjadi simbol, melainkan tokoh penting dalam dinamika kekuasaan.
“Selama ini nama-nama laki-laki lebih dominan dalam narasi sejarah Sumenep, padahal pengaruh perempuan di lingkaran istana sangat signifikan,” ungkap Faiq, Senin (21/4/2025).
Salah satu tokoh yang mencerminkan hal itu adalah Raden Ayu Rasmana, atau dikenal juga dengan nama Raden Gadinara. Ia bukan sekadar anggota kerajaan, tetapi penguasa perempuan yang memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah pemerintahan. Ia dikenal berani menunjuk suaminya yang berasal dari luar tembok keraton sebagai penerus tahta, sekaligus mengangkat anak tirinya sebagai pemimpin berikutnya di Tanah Sumekar.
“Ratu Rasmana membuktikan bahwa di balik laki-laki hebat, ada sosok perempuan kuat yang menopang,” ujar RB Ja’far Shodiq, pemerhati sejarah dari Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser).
Ja’far menambahkan bahwa perempuan-perempuan dari Dinasti Yudanegara (1672–1762) banyak disebut dalam catatan sejarah sebagai penguasa de fakto. Mereka tak hanya mendapatkan posisi karena garis keturunan, tetapi juga karena kecerdasan dan kharisma alami yang mereka miliki.
“Di balik kelembutan para putri Kedaton, tersimpan kecerdikan, kekuatan batin, dan keberanian luar biasa yang tak bisa dianggap remeh,” imbuhnya.
Menurutnya, kisah perempuan hebat di Sumenep ini harus terus didengungkan, bukan hanya saat Hari Kartini, tapi sebagai warisan nilai dan inspirasi lintas generasi.