Beda Covid-19: Bos WHO Ketar Ketir Virus Marburg Muncul Lagi


FALIHMEDIA.COM – Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Guinea Khatulistiwa untuk membuka data mengenai kasus virus Marburg yang terjadi di negara tersebut. Wabah penyakit ini muncul lagi dan menjadi epidemi di Afrika.

“WHO mengetahui adanya kasus tambahan dan kami telah meminta pemerintah untuk melaporkan kasus ini secara resmi kepada WHO,” kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pernyataannya dikutip dari Reuters, Jumat (31/3/2023).

WHO mengerahkan tim lanjutan di distrik yang terkena dampak untuk melacak kontak, mengisolasi, dan memberikan perawatan medis kepada orang yang menunjukkan gejala penyakit tersebut. Upaya juga sedang dilakukan untuk meningkatkan tanggap darurat dengan cepat, dengan WHO mengerahkan pakar darurat kesehatan di bidang epidemiologi, manajemen kasus, pencegahan infeksi, laboratorium dan komunikasi risiko untuk mendukung upaya tanggap nasional dan mengamankan kolaborasi masyarakat dalam pengendalian wabah.

WHO juga memfasilitasi pengiriman tenda sarung tangan laboratorium untuk pengujian sampel serta satu kit viral haemorrhagic fever yang mencakup alat pelindung diri yang dapat digunakan oleh 500 petugas kesehatan.

“Marburg sangat menular. Berkat tindakan cepat dan tegas oleh otoritas Guinea Khatulistiwa dalam mengonfirmasi penyakit tersebut, tanggap darurat dapat dilakukan dengan cepat sehingga kami menyelamatkan nyawa dan menghentikan virus sesegera mungkin, “kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika .

Penyakit virus Marburg adalah penyakit yang sangat mematikan yang menyebabkan demam berdarah, dengan rasio kematian hingga 88 persen. Penyakit yang disebabkan oleh virus Marburg dimulai secara tiba-tiba, dengan demam tinggi, sakit kepala parah, dan rasa tidak enak badan yang parah.

Banyak pasien mengalami gejala hemoragik parah dalam waktu tujuh hari. Virus ini ditularkan ke manusia dari kelelawar buah dan menyebar di antara manusia melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi, permukaan dan bahan.

Belum ada vaksin dan obat khusus untuk penyakit ini. Namun, saat ini ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1 yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen. (Kna/Suc/Red/Falih Media)

  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber falihmedia.com

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon