FALIHMEDIA.COM | JAKARTA – Di tengah kemajuan teknologi Korea Selatan yang mendunia, masih terdapat sisi tradisional yang tetap bertahan kuat: praktik shamanisme atau perdukunan. Tak hanya terbatas di desa atau kalangan masyarakat bawah, fenomena ini bahkan merambah ke lingkar kekuasaan, termasuk para politisi dan elite ekonomi.
Pilpres Korea Selatan yang berlangsung pada Selasa, (3/6/2025), menjadi sorotan bukan hanya karena dinamika politiknya, tetapi juga karena keterlibatan para dukun dalam memprediksi hasilnya. Pemilu ini digelar lebih cepat dari jadwal resmi, menyusul pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol akibat deklarasi darurat militer sepihak pada akhir 2024 lalu.
Seorang mudang — sebutan lokal untuk dukun tradisional Korea — bernama Yang Su Bong mengklaim telah “melihat” pemenang pemilu jauh sebelum kampanye dimulai. Kepada kantor berita AFP, Yang menyatakan bahwa aura kemenangan jelas terlihat dalam diri Lee Jae Myung, calon dari Partai Liberal.
“Saya sudah melihat sejak lama bahwa Lee Jae Myung akan menjadi presiden,” kata Yang dari kantornya di Incheon, kota pelabuhan di barat Korea Selatan.
Ia menegaskan bahwa prediksi tersebut bukan sekadar spekulasi, melainkan hasil dari penglihatan spiritual. Meski sempat mendapat tekanan hingga ancaman, Yang mengatakan tak bisa mengingkari apa yang ia lihat.
Menariknya, ramalan Yang sejalan dengan sejumlah survei nasional. Data terbaru dari Gallup Korea menunjukkan bahwa 49 persen responden memilih Lee sebagai kandidat terbaik. Di sisi lain, pesaing utamanya dari Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang konservatif, Kim Moon Soo, tertinggal dengan dukungan 35 persen.
Shamanisme memang telah lama menjadi bagian dari budaya Korea, namun keterlibatannya dalam politik tingkat tinggi masih menuai pro dan kontra. Meski begitu, kenyataan bahwa sebagian tokoh elite masih bergantung pada ritual dan prediksi spiritual menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas tetap berdampingan dalam lanskap politik Negeri Ginseng.