Opini  

Pilkada 2024 dan Partisipasi Masyarakat

Hanafi, S.Pd.I : Pengajar di MTs. Al-Hasan dan Penggiat Literasi Pengurus “TBM Somber Elmo“ Kampung Sumber Gedugan Giligenting Sumenep

FALIHMEDIA.COM – Gendrang politik bertalu kembali yang kedua kalinya setelah pemilu serentak dalam dua tahap. Tahap  pertama yaitu, pemilu  serentak untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden/wakil Presiden, dan anggota DPRD pada tanggal 14 Februari  2024 lalu. Kemudian tahap kedua, pemilihan kepala daerah ( pilkada ) serentak secara Nasional untuk memilih Gubernur /Wakil Gubernur, Wali Kota/Wakil Wali Kota dan Bupati/ Wakil Bupati pada tanggal 27 Nopember 2024 yang akan datang.

Seperti biasanya ketika jelang pemilu dan pilkada tiap-tiap daerah, baik itu kota sampai pelosok desa selalu di hiasi dengan berbagai atribut  atau baliho pasangan calon atau gambar partai politik pengusung para calon tersebut.

Gawai demokrasi lima tahunan sudah resmi diketok oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) dan sudah resmi menjadi paslon terdaftar di KPU. Hal tersebut menjadi ajang kompetisi untuk benar-benar siap lahir bathin untuk berkompetisi dalam menentukan pemilihan dan akan maraup suara sebanyak-banyaknya.

Ada beberapa hal yang perlu penulis sampaikan dalam tulisan ini. Pertama, kita sebagai pemilih atau masyarakat punya hak dan kewajiban untuk memilih salah satu paslon terbaiknya sesuai dengan harapan bersama agar nantinya siapa yang terpilih benar-benar bisa membawa kebaikan dan perubahan demi kemajuan bersama.

Kedua, pusaran dukungan, pilkada merupakan ajang taruhan berat bagi para paslon untuk bisanya merebut kursi kekuasaan. Bentuk dan motivasi utamanya adalah bagaimana para paslon yang didukung oleh berbagai partai politik serta timses bisa marauf suara banyak dan bisa memberikan edukasi kepada para pemilih supaya menggunakan hak pilihnya tidak golput dan menghindari kecurangan dengan berbagai macam cara.

Wabil khusus paniti dalam hal ini KPU dan Bawaslu,  tentu sudah jauh sebelumnya melakukan berbagai upaya verifikasi dan sosialisasi pendataan pemilih dan dan simulasi cara pencoblosan yang baik sesuai dengan prosedur. Tujuannya pilkada yang akan kita laksanakan serentak sesuai dengan peraturan KPU dan arahan dari Bawaslu yaitu pilkada tetap aman, damai dan jurdil.

Untuk mengakomodir pernyataan para pemilih, bahwa pilkada selalu mengandung kerawanan dan kecurangan. Memang tergantung dari daerah yang  kadang terjadi hal-hal tidak diinginkan terjadi, namun terjadi karena adanya oknum tertentu yang memang menginginkannya seperti itu.

Antisipasi  masyarakat pemilih untuk menjadi pemilih cerdas dan pintar biar tidak ditunggangi oleh  kepentingan dari paslon. Kitalah para pemilih cerdas dan pintar yang bisa menentukan dengan memperhatikan kondisi real paslon apakah benar-benar bisa dibuktikan dengan  berbagai kegiatan paslon dan bisa memimpin daerahnya masing-masing dengan mengedepankan tanggung jawab dan membangun bersama rakyat.

Kerawanan politik pada pilkada menjadi momen yang tak terelakkan, ada politik praktis ada politik statis, pragmatis  dan ada pula politik edialis. Kerawanan saat pilkada membuat Sebagian pemilih akan melakukan hal yang tidak kita inginkan. Mengadu dan membenturkan hal yang sepele dengan beda dukungan, saling  menjelekkan dan menghina  para paslon. Kyai A dengan kyai B,  Santri dengan santri, alumni Pondok pesantren dengan alumni lainnya, hanya karena   saling beda  dukungan. Pemilih  fanatik jangan sampai,  saling mendukung salah satu paslon hal biasa dan wajar. Tokoh masyarakat juga sering renggang dengan masyarakat lainnya  lantara beda pilihan.

Tiap pemilu atau pilkada sudah menjadi icon bersama yaitu berasaskan pada LUBER dan JURDIL. Dengan icon ini maka pemilih tidak akan terpancing dengan berbagai iming-iming, baik itu berupa bantuan sosial,bantuan raskin atau money politik yang menjadi andalan dari paslon.

Bagi kita sah-sah saja, soal gaet menggaet dukungan dan menjadi suatu yang harus dan wajar sebagai Upaya untuk bisa meraih suara terbanyak.  Dukungan dari semua pihak memang menjadi kewajaran asalkan tidak menyalahi aturan KPU sebagai panitia penyelenggara dan Bawaslu sebagai badan pengawas pemilu.

Jelang pilkada tiap paslon memiliki trik dan cara tersendiri untuk bisa terjun langsung ke Masyarakat atau istilah krennya adalah (blusukan) dengan berbagai agenda kegiatan, baik kegiatan keagamaan, kegiata sosial kemasyarakatan atau kegiatan kepumudaan serta kegiatan pelatihan bagi Masyarakat pengelola ekonomi menengah kebawah atau kegiatan Kesehatan Masyarakat ibu-ibu lansia. Sebagai calon pemimpin yang pro rakyat dalam tataran politik kepantasan dan kepatutan harus dibangun sejak awal dan ditunjukkan agar Masyarakat lebih yakin se yakin yakinnya sesuai dengan visi dan misinya.

Membangun opini yang baik dengan masyarakat petani, nelayan, pemuda organisasi kemasyarakatan  sangatlah diharapkan lebih-lebih pda tataran birokrasi.  Pemimpin adalah mereka yang bisa merangkul semua pihak tanpa memandang golongan dan organisasi mereka.

Menampik informasi negative dari berbagai unsur yang selalu membuatnya keadaan tidak kondusif. Apalagi sekarang masyarakat mudah untuk membuat informasi miring ( hoax ) dengan upaya untuk mengaburkan  serta mengalihkan para pemilih agar tidak memilih yang tidak disukainya. Kontropersi dan keberpihakan pasti ada dan kita juga perlu waspada. Pengamat politik sering mengatakan bahwa, di negara Indonesia masih belum memahami politik yang sebenarnya, masih menganut politik praktis, asalkan ada sesuatu, berupa bansos, money politik mereka pasti memilihnya.

Deklarasi dukungan dari berbagai unsur dan golongan dimasyarakat saling tarik menarik bagai benang putih yang siap untuk merajut sesuatu yang bolong menjadi terbungkus kembali. Yang penting ada biaya untuk melakukan kegiatan maka Masyarakat dengan tanpa sadar akan mengiyakan atas dukungannya. Siapa punya modal akan bisa menguasai daerah pemilihan dan akan bisa merauf  suara.

Kolaborasi dan eksistensi dari paslon akan berdampak pada ramainya sebuah pesta demokrasi di tanah air ini. Berbagai pakar dan pengamat politik ikut andil bersuara memberikan statemennya serta ikut juga dalam memberikan edukasi pada masyarakat dimana kita harus tetap mengutamakan kejujuran dan keadilan dalam pilkada.

Sukses tidaknya pilkada dan menjadi pemilih pintar dan cerdas merupakan kesadaran tinggi bagi pemilih. Jangan sampai ada pihak-pihak tertetu mengintimidasi dan memaksanya, karena itu akan berdampak pada keadaan Dimana suatu saat apa yang menjadi harapannya akan kandas ditengah- tengah kepemimpinannya.

Gunakan hak suaranya dengan baik agar tidak menyesal kemudian. Pemimpin yang Amanah, jujur, adil dan siap membangun bersama masyarakat serta akan memberantas Korupsi di segala sektor tatanan birokrasi pemerintah yang bisa dijadikan pemimpin di daerah masing- masing, entah pemimpin itu dari kalangan birokrasi, politisi, akademisi, pesantren, pemimpin organisasi, tokoh masyarakat atau dari pihak militer.

Kita sebagai bangsa Indonesia, Jangan  sampai diwarisi Kembali kebohongan oleh pemimpin kita, sudah hampir satu abad negara kita merdeka, namun belum bisa menampakkan kemerdekaan yang bisa dinikamti oleh seluruh rakyat Indonesia secara merata. Keadilan, kemakmuran, kesejahteraan serta hukum yang masih berat sebelah atau istilahnya tajam kebawa tumpul ke atas masih dapat dirasakan dan yang tidak menyentuh sama sekali pada tatanan bidang pendidikan dan Kesehatan. Pendidikan yang berkualitas dan kesejahteraan guru swasta serta mahalnya biaya Kesehatan bagi yang tidak mampu hanya sebatas angan dan sebagai amunisi saat kampanye yang selalu di gaungkan dalam visi dan misinya.

Perlu diingat dan harus waspada dalam pilkada, khususnya pihak – pihak tertentu untuk selalu menjaga netralitas seperti Pegawai Negeri Sipil, ASN, TNI, POLRI, Tatanan Birokrasi, Pemerintahan Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa jangan ikut cawe-cawe mendukung salah satu paslon ( berkampnye ) karena akan merusak citra birokrasi dalam tatanan demokrasi. Jangan sampai mempertahankan birokrasi yang keliru demi mempertahankan kekusaan, karena keadaan suatu kekuasan akan membelenggu sendiri terhadap kondisi kemajuan suatu daerah itu sendiri.

Mari kita waspada dan mawas diri agar pilkada tahun 2024 ini benar-benar sukses memilih paslon sesuai dengan harapan masyarakat bersama. Kawal dan ikut aktif untuk menepis berbagai kecurangan dan berbagai manipulasi pihak – pihak tertentu atau panitia pemilihan agar bisa memenangkan salah satu paslon. Gunakan ruang informasi yang baik bisa menggunakan media elektronik, atau media online serta medsos untuk mengawal dan memberikan edukasi kepada pemilih terutama pemilih pemula agar tidak salah menggunakan hak pilihnya dan jangan sampai golput atau tidak memilihnya. Suara rakyat suara Tuhan! Sukses tanpa ada yang dirugikan dan merasa rugi. Siap menang siap kalah.

 

*) Oleh: Hanafi, S.Pd.I : Pengajar di MTs. Al-Hasan dan Penggiat Literasi Pengurus “TBM Somber Elmo” Kampung Sumber Gedugan Giligenting Sumenep

 

*) Tulisan Puisi ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi falihmedia.com

Exit mobile version