Opini  

Perlukah Kelulusan Sekolah Dengan Pesta?

HANAFI, Pengajar (guru swasta) di MTs. Al-Hasan Gedugan Giligenting Sumenep

FALIHMEDIA.COM – Tiap tahun tentu  banyak yang berasumsi saat  pelulusan anak sekolah dari tingkat Sekolah Menengah Pertama ( SMP/MTs/ dan sederajat), Sekolah Menengah Atas ( SMA/MA/SMK/ dan sederajat) dengan berbagai kegiatannya yang selalu menjadi sorotan masyarakat, baik sekolah di perkotaan maupun di pedesaan. Fenomena yang kerap  terjadi tentunya menjadi perhatian serius bagi pihak sekolah dan juga orang tua.  Remaja merupakan tulang punggung Negara, bangsa dan agama. Segala tindakan dan pemikirannya memberikan suatu warna yang dapat ditiru. Dengan karakternya yang khas kreatif, dinamis, inovatif, mudah belajar dan mudah beradaptasi dengan lingkungan, pemuda diharapkan dapat membawa kemajuan pada bangsa dan negara disegala bidang.

Namun, perlu  bagi kita untuk mengkaji ulang, realitas social dan budaya  yang terjadi ketika detik-detik pelulusan sekolah khususnya. Tiap tahun mungkin tidak asing lagi bagi kita, bahwa banyak remaja yang melakukan corat-coret seragam sekolah, kebut-kebutan sepeda motor (konfoi), mabuk-mabukan, pesta sabu-sabu dan bahkan ada yang sampai tega melakukan pesta sex  (Na’udzubillahi Min Dzalik).

Apabila hal tersebut terus terjadi pada remaja, maka apa yang akan menjadi harapan bagi generasi berikutnya, yang jelas mereka juga menirunya. Dalam kontek  social dan budaya bahwa perbuatan remaja saat pelulusan  yang melakukan corat-coret seragam sekolah  dan sebagainya tidaklah menjadikan remaja sebagai Agen of Change dan penggerak perubahan dimasyarakat, melainkan sebagai pencemar (dirt socity) masyarakat.

Dengan dalih apapun yang mereka kemukakan, tidaklah masuk akal dan tetap menyalahi aturan-aturan yang ada di Negara kita. Pertama, yaitu menyalahi peraturan  sekolah (kode etik ). Sekolah dan lembaga manapun tidak ada peraturan yang membolehkan siswanya saat pelulusan melakukan corat-coret seragam, pesta sabu-sabu, konfoi dan lain sebagainya. Walaupun alasan demi meluapkan kegembiraannya, karena mereka  benar-benar lulus dan dinyatakan berhasil belajarnya selama tiga tahun, itu tetaplah tidak benar. Kedua, menyalahi peraturan lalu lintas dan mengganggu fasilitas transfortasi umum. Ketiga, melanggar aturan – aturan dalam ajaran agama. Keempat, tidak sesuai dengan norma dan tatanan masyarakat.

Dengan demikian, ditimbang dari aspek manfaat dan modharatnya, yang jelas banyak mudharatnya. Umpama ketika sudah dinyatakan lulus maka lebih baik dan bermanfaat,  semua perangkat seragamnya diberikan kepada adik kelasnya yang kurang mampu dan yang membutuhkanya. Atau melakukan tasyakuran dengan membaca yasinan atau lainnya daripada kebut-kebutan dan pesta yang tidak bermanfaat.

Memang, seiring dengan berjalannya arus modernisasi dan informasi saat ini, berbagai problem yang dihadapi kaum remaja selalu mencuat. Perlu diakui oleh kita, bahwa remaja merupakan salah satu manusia yang memiliki rasa emosional yang tinggi dan cenderung stagnan mengikuti arus dan keadaan yang terjadi disekitarnya. Hingga akhirnya tak jarang kita jumpai pola tingkah lakunya yang senonoh dan Se`enak`e Dewe, yang penting happy dan enjoy.

Kenapa hal tersebut bisa terjadi? penulis berasumsi, bahwa remaja saat ini banyak yang kehilangan ideologinya. Dari beberapa penelitian mengungkapkan remaja saat ini banyak yang mengidolakan artis-artis yang selalu tampil di televisi, media social  yang menampilkan berbagai gaya hidup mewah dan cenderung bebas. Sehingga keinginan remaja berkisar pada apa yang mereka tonton di televise dan media social, tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Maka pada saat pengumuman pelulusan tahun ini, banyak sekolah  yang melakukan mediasi kepada siswanya degan berbagai kegiatan yang dilakukan  (mencuci kaki orang tuanya, do`a Bersama ) supaya mereka tidak melakukan hal yang tidak diinginkan, walau toh tetap ada Sebagian remaja yang melakukannya. Dengan itu semua, berarti kita harus tegas dan tanggap terhadap kejadian tersebut, apa yang perlu kita benahi, haruskah kita akan selalu mengalami kejadian-kejadian yang semestinya tidak terjadi. Menurut penulis ada hal yang menjadikan remaja memerlukan sosok idola yang luar bisa yang dapat dijadikan panutan dan teladan, baik dalam hal tingkah laku, pemikiran, sikap, dan prestasi. Seperti halnya Rasulullah Muhammad SAW. Serta para sahabat nabi seperti Abu Bakar, Umar, Usman  dan Ali yang telah banyak memperjuangkan agama Islam serta para tokoh-tokoh Islam (Wali Songo) serta para Ilmuwan Tanah air kita yang perlu terus diberikan keteladanan kepada mereka. Sehingga ada kemungkinan akan meminimalisir terjadinya berbagai gejolak yang selalu terjadi pada remaja.

Kemudian  control  dari orang tua, jangan sampai putra-putri mereka dibiarkan  begitu saja tanpa adanya upaya dan  peran yang membawa kepada hal-hal positif. Pihak sekolah juga mewanti-wanti dengan memberi pengertian tentang sesuatu yang tidak ada manfaatnya ketika pelulusan. Control yang tegas dan jelas dari orang tua akan berpengaruh pada tindakan dan sikap yang baik. Peran keamanan juga sangat penting, artinya kalau memang hal tersebut dapat mengganggu dan merugikan semua pihak, tindaklah dengan tegas agar ada efek jera terhadap mereka. Jangan sampai hal tersebut berulang kembali pada generasi-generasi yang akan datang. Kalau bisa jauh sebelumnya di informasikan di media-media massa dan elektronik ,medsos apabila melakukan konfoi atau pawai, corat-coret, pseta mabuk-mabukan danlain sebagainya  yang mengganggu fasilitas umum terutama  akan dikenakan sangsi seberat-beratnya.

 

*) Oleh: HANAFI, Pengajar (guru swasta) di MTs. Al-Hasan Gedugan Giligenting Sumenep dan Pemerhati Pendidikan

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi falihmedia.com

Exit mobile version