FALIHMEDIA.COM – Militer Pakistan melalui Juru Bicara Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (ISPR), Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, menyampaikan peringatan keras kepada India bahwa setiap bentuk pelanggaran terhadap gencatan senjata akan dihadapi dengan tindakan cepat, tegas, dan brutal.
Pernyataan tersebut muncul setelah ketegangan militer antara kedua negara meningkat menyusul serangan teroris di Pahalgam, India, yang menewaskan 26 turis Hindu pada 22 April 2025. Pemerintah India menyalahkan Pakistan atas insiden berdarah tersebut.
Merespons tudingan itu, India meluncurkan serangan udara ke wilayah Pakistan pada malam 6 hingga 7 Mei, yang menimbulkan korban jiwa dari kalangan sipil. Eskalasi berlanjut dengan saling tembak rudal antara kedua negara selama hampir satu minggu sebelum akhirnya Amerika Serikat turun tangan dan memediasi gencatan senjata.
Dalam wawancaranya bersama Sky News, Jenderal Chaudhry mengingatkan bahwa setiap dukungan terhadap konflik hanya akan membawa kehancuran bersama. Ia menekankan bahwa dunia kini semakin sadar akan ancaman nyata dari potensi perang nuklir antara dua negara bersenjata nuklir.
“India sedang bermain api dengan menciptakan skenario kehancuran bersama. Negara-negara rasional seperti Amerika Serikat memahami bahayanya situasi ini,” ujarnya.
Dia juga menyoroti tindakan India di wilayah Kashmir yang dinilai menindas dan mengabaikan hak rakyat Kashmir. Jenderal Chaudhry mendesak agar isu Kashmir diselesaikan berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB, bukan melalui pendudukan militer sepihak.
“Jika ada yang mencoba melanggar kedaulatan dan integritas wilayah kami, maka kami akan memberikan balasan yang brutal,” tegasnya.
Pada 10 Mei, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata telah dicapai antara India dan Pakistan. Namun, Pakistan melaporkan bahwa serangan udara India menewaskan sedikitnya 40 warga sipil, termasuk tujuh perempuan dan lima belas anak-anak, serta menyebabkan 121 luka-luka.
Menutup pernyataannya, Chaudhry mengingatkan bahwa konflik lebih lanjut bisa berdampak pada keselamatan 1,6 miliar penduduk di kawasan. “Perang bukan solusi. India dan Pakistan tidak punya ruang untuk konfrontasi militer lebih jauh,” pungkasnya.