SosBud  

Menguak Asal Usul dan Misteri Rabu Wekasan

Foto: Pexels

FALIHMEDIA.COM – Rabu wekasan merupakan hari Rabu terakhir di bulan Safar atau bulan kedua setelah Muharram pada penanggalan Hijriyah. Rabu Pungkasan dianggap sebagai hari yang sakral dan memiliki makna yang penting bagi masyarakat Jawa. Rabu pungkasan ini muncul di Indonesia sejak abad ke-17 di wilayah Sumatera dan Jawa.

Dalam tradisi Rabu Pungkasan, masyarakat Jawa melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat religi dan spiritual. Kegiatan yang dilakukan pada hari Rabu Pungkasan ini meliputi ziarah kubur, berdoa dan bermeditasi di tempat-tempat suci, serta mempersembahkan sesajen kepada para leluhur dan dewa-dewi.

Selain kegiatan yang bersifat religi, Rabu Pungkasan juga menjadi momen bagi masyarakat Jawa untuk saling bersilaturahmi dan mempererat tali persaudaraan. Di beberapa daerah, masyarakat Jawa bahkan mengadakan acara perayaan yang diisi dengan tarian, musik, dan pesta makan bersama.

Meskipun begitu, tradisi Rabu Pungkasan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa yang beragama Hindu atau Budha saja. Masyarakat Jawa yang beragama Islam dan Kristen pun turut memperingati hari Rabu Pungkasan dengan cara dan tradisi yang berbeda-beda.

Dalam konteks spiritualitas, Rabu Pungkasan menjadi hari yang penting bagi masyarakat Jawa untuk memperbaiki diri dan memperkuat iman. Hal ini karena pada hari Rabu Pungkasan, masyarakat Jawa percaya bahwa energi spiritual yang terkait dengan keberadaan manusia dan alam semesta mencapai puncaknya, sehingga mereka dapat memperoleh keberkahan dan keselamatan.

Dalam kesimpulannya, Rabu Pungkasan merupakan sebuah tradisi yang kaya akan makna dan penting bagi masyarakat Jawa. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, spiritualitas, dan kepercayaan kepada Tuhan yang dipraktikkan melalui berbagai kegiatan yang bersifat religi dan sosial. Oleh karena itu, Rabu Pungkasan tetap menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat Jawa sebagai hari yang sakral dan memiliki makna yang penting dalam kehidupan mereka.

Asal Usul Rabu Pungkasan

Pada masa jahiliyah dulu, banyak masyarakat Arab yang mempercayai Safar sebagai bulan yang penuh hal-hal buruk, kesialan, dan semacamnya. Mereka percaya bahwa pada bulan tersebut, banyak kemalangan yang akan terjadi.

Mitos Rabu Pungkasan

Berbagai kalangan menganggap bahwa Rabu Wekasan dapat mendatangkan kesialan. Ada yang berpendapat tidak ada amalan yang patut dilaksanakan pada Rabu Wekasan, tetapi ada juga yang beranggapan sebaliknya.

Beberapa mitos menyebut, tidak boleh menyelenggarakan pernikahan tepat pada Rabu Wekasan. Jika menikah di Rabu Wekasan akan terjadi kesialan. Kemudian, ada juga kepercayaan tidak boleh keluar rumah pada hari itu, karena akan mendatangkan musibah, seperti kecelakaan.

Namun demikian, sesungguhnya anggapan Safar sebagai bulan pembawa sial hanyalah mitos belaka. Hal tersebut bahkan telah dibantah oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadis berikut.

“Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa” (HR Imam Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis lain Nabi juga menyebutkan bahwa Rabu adalah hari dimana Allah SWT menciptakan cahaya alam semesta.

“Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu.. dan menciptakan cahaya di hari Rabu..” (HR Muslim).

Exit mobile version