Indonesia Siapkan Strategi Hadapi Dampak Kebijakan Trump Setelah Kemenangannya

Donald Trump

FALIHMEDIA.COM | JAKARTA – Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS pada 5 November 2024 menarik perhatian media internasional, termasuk Reuters yang menyoroti langkah Indonesia dalam mempersiapkan diri menghadapi kebijakan ekonomi yang potensial dari pemerintahan Trump. Dalam artikel berjudul “Indonesia Preparing Scenarios to Anticipate Trump’s Policies”, Reuters mengungkapkan bahwa Indonesia telah menyusun beberapa skenario untuk mengurangi dampak negatif dan memanfaatkan peluang yang mungkin timbul dari kebijakan-kebijakan Trump.

Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu, Indonesia tidak hanya berusaha menghindari dampak buruk, tetapi juga mencari peluang dalam kebijakan pemerintahan Trump, terutama terkait dengan kebijakan tarif yang diusulkan oleh Trump. Tarif impor yang lebih tinggi, yang rencananya akan diterapkan Trump, diperkirakan dapat mengganggu perdagangan global dan memperburuk hubungan dagang dengan China.

Trump telah mengusulkan untuk meningkatkan tarif bea masuk AS kembali ke level yang mirip dengan era 1930-an. Kebijakan ini diperkirakan akan memicu inflasi di AS, menghancurkan perdagangan dengan China, dan mengganggu rantai pasokan global. Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan memantau risiko perang dagang yang mungkin timbul sebagai respons negara-negara lain terhadap kebijakan tarif ini.

“Indikator ekonomi menunjukkan ekonomi Indonesia tetap tangguh dengan konsumsi rumah tangga dan investasi yang kuat,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers tersebut.

Sementara itu, media Al-Jazeera melaporkan bahwa Asia Tenggara sangat bergantung pada perdagangan, dengan rasio perdagangan terhadap PDB rata-rata mencapai 90%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global. Dampak dari kebijakan tarif Trump, yang mencakup tarif 10-20% untuk semua barang asing, diperkirakan akan sangat memengaruhi ekonomi-ekonomi berorientasi ekspor di kawasan ini.

Negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Vietnam, yang merupakan sekutu dan mitra dagang AS, diperkirakan akan mengalami penurunan ekspor dan impor yang signifikan. Firma konsultan Oxford Economics memperkirakan penurunan ekspor di Asia non-China sebesar 8%, serta penurunan impor sebesar 3% dalam skenario konservatif dari kebijakan Trump.

Analis dari London School of Economics & Political Science memperkirakan bahwa kebijakan tarif Trump dapat menyebabkan penurunan PDB China sebesar 0,68%, sementara Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan PDB sebesar 0,03%, meskipun dampaknya tidak sebesar pada China.

The Diplomat juga mencatat bahwa kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menghadapi risiko penurunan ekspor ke AS akibat kebijakan tarif Trump. Meskipun Indonesia dan negara-negara seperti Malaysia dan Vietnam memiliki surplus perdagangan dengan AS, Trump kemungkinan akan berusaha mengurangi defisit perdagangan AS yang mencapai hampir US$200 miliar, dengan Vietnam dan Thailand sebagai target utama.

Dengan kebijakan tersebut, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya perlu mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi perubahan dinamika perdagangan global yang bisa dipicu oleh pemerintahan Trump.

Indonesia tetap waspada terhadap kebijakan ekonomi Trump dan berupaya mengurangi dampak negatif serta mencari peluang dalam kebijakan perdagangan yang baru. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memantau dengan cermat perkembangan ini, sambil memperkuat ketahanan ekonomi domestik.

Exit mobile version