Mas Kiai Tegaskan Komitmen Dukung Kesenian Sumenep, Bantah Isu Penghapusan

Mas Kiai saat berbincang dengan seniman Ketoprak Edi Suhandi Keron di kediamannya, membantah rumor terkait penghapusan kesenian di Sumenep

FALIHMEDIA.COM | SUMENEP – Edi Suhandi Keron, seorang seniman dari kelompok Ketoprak Madura Rukun Karya, baru-baru ini menemui KH Muhammad Ali Fikri atau yang dikenal sebagai Mas Kiai, calon Bupati Sumenep nomor urut 01, di Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep. Edi Keron datang untuk melakukan tabayun atas rumor yang beredar bahwa jika Mas Kiai terpilih sebagai Bupati, kesenian di Sumenep akan dihapus.

“Kami mendengar kabar bahwa bila Pak Kiai menjadi bupati, kesenian di Sumenep akan dihilangkan. Jadi, kami datang langsung untuk meminta penjelasan,” ujar Edi, Minggu (13/10/2024).

Mas Kiai dengan tegas membantah rumor tersebut, menyatakan bahwa kabar tersebut tidak benar dan merupakan hoaks. Ia menekankan bahwa jika terpilih, ia akan memberikan perhatian lebih kepada sektor kesenian, terutama dalam hal regulasi dan pendampingan bagi para seniman.

“Kabar itu sama sekali tidak benar. Justru sebaliknya, kesenian harus dirawat dan dilestarikan. Bahkan Walisongo berdakwah melalui seni,” kata Mas Kiai dalam keterangannya.

Mas Kiai juga mengungkapkan bahwa dirinya memiliki pengalaman sebagai musisi sejak 1989, saat masih belajar di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Saat itu, ia bergabung dalam komunitas seni yang dipimpin oleh Gus Zainal Arifin Toha, seorang sastrawan kenamaan Yogyakarta. Pengalaman ini memperkuat pandangannya bahwa seni merupakan bagian penting dari pembangunan sosial dan budaya masyarakat.

Lebih lanjut, Mas Kiai menjelaskan bahwa pemerintah, terutama pemerintah kabupaten, harus berperan aktif dalam mendukung kesenian melalui regulasi yang mendukung dan pendampingan yang tepat agar kesenian di Sumenep tetap terjaga dan para senimannya lebih sejahtera.

Ia juga menyayangkan adanya fitnah yang menyerang dirinya selama kampanye politik. Menurutnya, fitnah ini merupakan bagian dari kampanye hitam, yang berbeda dari kampanye negatif yang meskipun menyakitkan, masih berdasarkan fakta.

“Saya juga pernah difitnah sebagai pengikut Islam garis keras, padahal saya alumni Pesantren Tebuireng, sama seperti pendahulu-pendahulu saya,” pungkasnya.

  Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber falihmedia.com

DAPATKAN UPDATE BERITA LAINNYA DI

google news icon